Magic Mania School of Magic: MELATIH HOUDINI MASA DEPAN
(Majalah Eksekutif News Edisi Juni 2008, hal 30)
Lupakan asap dupa dan mantra, semua sulap yang dipelajari di sini menggunakan teknologi tinggi dan membuat semua muridnya menjadi sangat kreatif.
Ruangan yang terletak di lantai 3 sebuah pusat perbelanjaan di bilangan Serpong itu sepertinya tidak pernah sepi pengunjung. Tiap harinya, anak-anak usia Sekolah Dasar hingga kakek-kakek bercucu terlihat keluar masuk dari ruangan yang didominasi warna ungu dan merah itu. Walaupun berasal dari bentangan usia yang jauh berbeda, mereka yang datang ke Magic Mania ternyata punya tujuan yang sama, belajar seni sulap.
Adalah Imin D’Masalles (32), kepala sekolah sekaligus pengajar utama dari Magic Mania yang dengan sabar membina orang-orang yang berminat mempelajari keahlian ‘unik’ ini. “Ada dua tipe orang yang dating ke sini,” ujar Imin mengawali penjelasannya, “mereka yang ingin serius belajar sulap secara professional, dan mereka yang hanya ingin mempelajari 1 atau 2 trik saja,” tambah pria yang telah belajar sulap sejak usia 6 tahun ini.
Imin menjelaskan bahwa di Magic Mania diterapkan pendekatan dan metode belajar yang berbeda bagi kedua tipe peminat sulap tersebut. Bagi mereka yang hanya ingin belajar beberapa trik saja guna pergaulan, Imin mengajarkan trik-trik sulap yang dapat dipelajari dengan cepat, sekitar 5 – 10 menit saja per trik. “Sementara untuk murid Magic Mania yang berkeinginan untuk menjadi pesulap professional, harus belajar menurut kurikulum yang disusun khusus sesuai dengan tingkat kemampuan,” jelas Imin yang ternyata pemegang gelar Master dalam bidang Manajemen Pendidikan.
Biaya yang dikeluarkan untuk menjadi murid Magic Mania pun tergolong tidak mahal, hanya Rp 350.000 / tingkat berupa 8 kali pertemuan yang dijadwalkan secara rutin, 2 kali seminggu. “Saat ini murid Magic Mania tercatat lebih dari 60 orang, setengahnya sudah lulus delapan tingkat pengajaran dan kemudian menjadi anggota komunitas kami tanpa dipungut biaya,” ujar pria kelahiran Sulawesi Selatan ini.
Bukan hanya tidak lagi dipungut biaya, tapi hampir semua senior Magic Mania yang masih aktif sudah pernah turut pada pertunjukan sulap di seluruh nusantara. “Sebagai murid, saya senang sekali. Bisa jalan-jalan gratis, dapat bayaran lagi,” ujar Fauzi (21), salah satu murid yang baru saja pulang dari Kalimantan Timur karena mengisi acara yang diadakan sebuah perusahaan penerbangan di sana. Ungkapan Fauzi tadi juga dibenarkan Felix (11), salah satu pesulap cilik tingkat nasional yang juga sempat menjadi primadona di Tarakan, Kalimantan Timur. Abi (15) yang masih belajar di tingkat SMA bahkan sempat diutus oleh Magic Mania ke beberapa kota di Jawa – Bali. “Kami memang banyak dipercaya oleh perusahaan-perusahaan untuk memeriahkan acara mereka seperti company gathering dan product launching, baik di dalam maupun luar kota,” jelas Imin mengakhiri.
Adalah Imin D’Masalles (32), kepala sekolah sekaligus pengajar utama dari Magic Mania yang dengan sabar membina orang-orang yang berminat mempelajari keahlian ‘unik’ ini. “Ada dua tipe orang yang dating ke sini,” ujar Imin mengawali penjelasannya, “mereka yang ingin serius belajar sulap secara professional, dan mereka yang hanya ingin mempelajari 1 atau 2 trik saja,” tambah pria yang telah belajar sulap sejak usia 6 tahun ini.
Imin menjelaskan bahwa di Magic Mania diterapkan pendekatan dan metode belajar yang berbeda bagi kedua tipe peminat sulap tersebut. Bagi mereka yang hanya ingin belajar beberapa trik saja guna pergaulan, Imin mengajarkan trik-trik sulap yang dapat dipelajari dengan cepat, sekitar 5 – 10 menit saja per trik. “Sementara untuk murid Magic Mania yang berkeinginan untuk menjadi pesulap professional, harus belajar menurut kurikulum yang disusun khusus sesuai dengan tingkat kemampuan,” jelas Imin yang ternyata pemegang gelar Master dalam bidang Manajemen Pendidikan.
Biaya yang dikeluarkan untuk menjadi murid Magic Mania pun tergolong tidak mahal, hanya Rp 350.000 / tingkat berupa 8 kali pertemuan yang dijadwalkan secara rutin, 2 kali seminggu. “Saat ini murid Magic Mania tercatat lebih dari 60 orang, setengahnya sudah lulus delapan tingkat pengajaran dan kemudian menjadi anggota komunitas kami tanpa dipungut biaya,” ujar pria kelahiran Sulawesi Selatan ini.
Bukan hanya tidak lagi dipungut biaya, tapi hampir semua senior Magic Mania yang masih aktif sudah pernah turut pada pertunjukan sulap di seluruh nusantara. “Sebagai murid, saya senang sekali. Bisa jalan-jalan gratis, dapat bayaran lagi,” ujar Fauzi (21), salah satu murid yang baru saja pulang dari Kalimantan Timur karena mengisi acara yang diadakan sebuah perusahaan penerbangan di sana. Ungkapan Fauzi tadi juga dibenarkan Felix (11), salah satu pesulap cilik tingkat nasional yang juga sempat menjadi primadona di Tarakan, Kalimantan Timur. Abi (15) yang masih belajar di tingkat SMA bahkan sempat diutus oleh Magic Mania ke beberapa kota di Jawa – Bali. “Kami memang banyak dipercaya oleh perusahaan-perusahaan untuk memeriahkan acara mereka seperti company gathering dan product launching, baik di dalam maupun luar kota,” jelas Imin mengakhiri.